MANAJEMEN
MANAJEMEN MASALAH
Proses manajemen masalah melibatkan beberapa langkah seperti mengidentifikasi akar penyebab masalah, menerapkan berbagai teknik pemecahan masalah dan mengukur keefektifan teknik yang digunakan. Pada kenyataannya, saat mengelola dan memecahkan masalah, ada dua jenis teknik yang digunakan. yaitu teknik / tindakan proaktif atau reaktif. Teknik proaktif mencakup tindakan yang diambil sebelum insiden diubah menjadi masalah serius. Sebagai contoh, dalam suatu organisasi di alur produksi, setelah menyelesaikan setiap aktivitas dalam proses, perlu dilakukan pemeriksaan mutu untuk mengurangi risiko menghasilkan produk dengan cacat mutu. Ini adalah metode yang nyaman yang dapat digunakan untuk melacak tahap di mana cacat kualitas muncul dan, oleh karena itu, kegagalan dapat diidentifikasi pada saat kejadian. Sehingga kesalahan dapat diperbaiki dalam organisasi.
Teknik reaktif digunakan pada saat produk ditolak oleh pelanggan karena cacat kualitas. Itu berarti tindakan diambil setelah beberapa insiden terjadi. Oleh karena itu, dari kedua metode ini teknik proaktif lebih bermanfaat daripada teknik manajemen masalah reaktif.
Proses manajemen masalah yang belum efektif akan memberikan dampak negatif bagi organisasi. Operasional bisnis dan gangguan pada layanan akan mengurangi produktivitas yang berdampak kepada bisnis. Ujungnya akan berdampak pada implikasi finansial dan reputasi dari produk dan layanan dari perusahaan.
Penerapan proses manajemen masalah yang efektif akan:
- Memastikan proses analisis penyebab insiden masalah berjalan dengan baik, sehingga dapat menjadi dasar bagi peningkatan layanan TI yang berkesinambungan.
- Meningkatkan kepuasan dari pelanggan terhadap layanan TI.
- Memberikan dampak positif bagi kinerja tim TI yang menjadi agen dukungan layanan karena akan mengurangi waktu penanganan terhadap masalah.
Penjelasan detail terhadap masalah tersebut
Apa saja layanan TI dan bisnis yang terdampak
Dampak kepada bisnis maupun teknis
Prioritas dari insiden
Hasil analisis terhadap langkah pemulihan awal terhadap insiden
Langkah yang diperlukan untuk rencana peningkatan layanan
Komponen perangkat lunak dan keras
Komponen perangkat jaringan
Layanan aplikasi internal dan eksternal (pihak ketiga)
Prosedur tata kelola dan petunjuk teknis
Kontrol keamanan dan dokumentasi
Proaktif akan mengasah kemampuan untuk melihat masalah yang mungkin terjadi. Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah:
Menganalisis tren dari masalah yang cenderung berulang
Bekerja sama dengan tim dukungan terkait dalam menganalisis masalah berulang tersebut dengan melihat perubahan kapasitas dan konfigurasi secara aktif.
Keterlibatan tim lain dalam merencanakan solusi langkah penanganan masalah
Melihat keterbatasan dari manajemen dan langkah alternatif jika belum bisa dilakukan solusi permanen
Praktik terbaik dalam menyusun kesalahan yang diketahui dan membaginya dengan personel TI adalah dengan membuat sebuah pusat informasi. Pusat informasi ini bisa dikelola oleh personel manajemen masalah dan digunakan dalam proses insiden dan manajemen masalah. Pada saat mendokumentasikan kesalahan yang diketahui, penting untuk mempertimbangkan hal berikut:
Sifat dari masalah
Layanan yang terpengaruh
Gejala secara umum
Unit bisnis yang paling terkena dampak
Solusi penanganan masalah
Apa yang harus dihindari
Seperti halnya proses bisnis, diperlukan suatu matriks untuk memahami kinerja operasional. Saat membuat laporan, mulailah dengan membuat hal dasar terlebih dahulu dan membangun lebih banyak detail dari waktu ke waktu. Jika laporan tersebut terdiri dari banyak halaman, maka akan dibutuhkan usaha yang cukup signifikan dari tim untuk menjaga konsistensi pelaporannya. Hal berikut dapat dipertimbangkan dalam menyusun pencapaian proses:
Menyusun ringkasan manajemen berdasarkan tren atau volume dari tiket
Memahami bisnis unit yang paling terpengaruh, berdasarkan jumlah tiket masalah pengguna
Mengetahui aplikasi dan layanan bisnis mana yang paling terpengaruh, berdasarkan jumlah tiket gangguan layanan
Mengetahui implementasi solusi yang tepat, berdasarkan penurunan jumlah tiket masalah terkait
MANAJEMEN KONFIGURASI
Beberapa elemen dari Manajemen Konfigurasi Software (SCM)Software Configuration Management):
Component elements, sekumpulan dari tool yang dipasarkan dengan manajemen sistem data (seperti database) yang memungkinkan akses ke data tersebut dan melakukan pengaturan terhadap setiap item konfigurasi software.
Prosess elements, merupakan kumpulan dari prosedur dan tugas yang mendefinisikan pendekatan yang efektif untuk melakukan manajemen perubahan melibatkan semua yang terlibat dalam manajemen.
Construction elements, kumpulan dari tool-tool yang mengautomasi pembuatan software dengan memastikan validasi komponen yang layak (misalnya, versi yang benar).
Human elements, untuk mengimplementasikan SCM yang efektif, tim software harus menggunakan sekumpulan feature tool dan proses.
Elemen-elemen tersebut tidak saling eksklusif. Sebagai contoh, component elements bekerja bersamaan dengan construction elemens ketika proses perangkat lunak berjalan. Process elements memandu banyak aktivitas manusia yang terkait dengan SCM dan karenanya dapat dianggap sebagai human elements juga.
Rencana manajemen konfigurasi (baik sebagai suatu dokumen terpisah atau bagian dari rencana manajemen lingkup) menguraikan setiap teknik dan tingkat aplikasinya selama siklus hidup. Rencana juga mengidentifikasi peran dan tanggung jawab untuk melaksanakan manajemen konfigurasi. Kegiatan awal memastikan kapan sumber daya termasuk orang, perangkat, dan sistem perlu disediakan.
Identifikasi konfigurasi melibatkan pemecahan pekerjaan menjadi produk komponen (item-item konfigurasi), melakukan penjumlahan unik, atau mereferensikan sistem dan menetapkan garis dasar konfigurasi. Ini selaras dengan persiapan suatu produk untuk memecahkan struktur dalam manajemen lingkup.
Langkah pengendalian memastikan bahwa semua perubahan pada item konfigurasi terdokumentasi. Salah satu aspek penting adalah kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan antara item-item konfigurasi. Ini merupakan informasi penting untuk tinjauan dan penilaian langkah-langkah dalam kendali perubahan sebagaimana dapat dipraktikkan ketika melakukan perubahan dalam lingkup yang akan dipengaruhi oleh dampak pada item-item konfigurasi yang saling berhubungan.
Status jalur akuntansi dari suatu konfigurasi saat ini memungkinkan ketertelusuran item konfigurasi melalui pengembangan dan operasinya. Laporan status reguler akan terlihat apakah perubahan harus diproses dalam permasalahan yang tepat waktu dan kemungkinan menyoroti produk-produk yang sering mengalami perubahan atau pemangku kepentingan yang menjadi sumber umum permintaan perubahan.
Verifikasi dan audit digunakan untuk menentukan apakah suatu produk sesuai dengan persyaratan dan informasi konfigurasi. Secara khusus, audit dilakukan pada akhir fase, tahap, atau jalur.
Audit konfigurasi terdiri atas satu atau tiga bentuk:
Audit fisik, yaitu melihat unsur-unsur satu item konfigurasi yang relevan dan akan mengonfirmasikan apakah item-item tersebut sesuai dengan spesifikasinya. Audit fisik ini memeriksa hasil kendali mutu dan mengonfirmasikan apakah semua dokumentasi pengujian yang diperlukan telah dilengkapi.
Audit fungsional item konfigurasi memeriksa apakah audit menghasilkan fungsi yang dirancang.
Audit sistem memeriksa apakah sistem manajemen konfigurasi bekerja, mampu mendukung prosedur yang direncanakan, dan menghasilkan fungsi yang diperlukan. Aspek manajemen konfigurasi ini merupakan bagian dari jaminan fungsi.
Bentuk manajemen konfigurasi juga dapat diterapkan pada dokumentasi manajemen. Ini terutama mengenai versi pengendalian dan juga audit fungsional sebagai bagian dari jaminan.
Ketika pekerjaan selesai, tanggung jawab untuk mengelola hasil kerja diberikan kepada klien atau bisnis biasa. Tim manajemen bertanggung jawab untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip manajemen informasi yang relevan telah diterapkan dan konfigurasi dengan mudah ditentukan siapa saja yang akan mengelola produk lama setelah proyek dan program ditutup.
MANAJEMEN PERUBAHAN
Pengertian Manajemen Perubahan Menurut Ahli
Selain pengertian di atas, ada pula beberapa penjelasan dari para ahli terkait definisi manajemen perubahan. Berikut adalah beberapa di antaranya:
Coffman & Lutes (2007)
Coffman & Lutes menjelaskan jika manajemen perubahan merupakan pendekatan terstruktur yang digunakan agar mampu membantu individu, tim, maupun organisasi agar berubah dari kondisi saat ini ke yang lebih baik.
Winardi (2011)
Sementara Winardi menjelaskan jika jenis manajemen ini adalah sebuah upaya yang dilakukan pihak manajer guna mengelola perubahan dengan lebih efektif. Agar upaya tersebut dapat berjalan dengan baik, diperlukan pengetahuan mengenai kelompok, kepemimpinan, motivasi, komunikasi, hingga konflik.
Wibowo (2012)
Menurut Wibowo, definisi dari jenis manajemen ini adalah proses yang diciptakan dengan sistematis pada penerapan sarana, pengetahuan, dan sumber daya yang diperlukan untuk memengaruhi perubahan terhadap pihak yang terdampak efek dari fase tersebut.
Nauheimer (2007)
Terakhir, menurut Nauheimer, manajemen perubahan adalah proses, alat, dan teknik yang dipakai untuk mengelola sebuah proses perubahan dari segi individu guna mencapai sebuah hasil yang diperlukan serta untuk penerapan perubahan dengan lebih efektif melalui agen perubahan, tim, dan sistem yang lebih luas.
Jenis-jenis Manajemen Perubahan
- Smooth incremental change, perubahan akan terjadi secara lambat, sistematis, dan bisa diprediksi serta mencakup atau seluruh rentetan perubahan dalam kecepatan yang cenderung konstan.
- Bumpy incremental change, adalah perubahan yang mempunyai periode relatif tenang dan sesekali disela dengan percepatan gerakan perubahan dengan dipicu oleh perubahan lingkungan organisasi dan bisa juga berasal dari internal, seperti adanya tuntutan dalam meningkatkan efisiensi dan perbaikan metode kerja.
- Discontinuous change, adalah perubahan yang ditandai dengan adanya pergeseran cepat terhadap struktur, budaya, strategi dan ketiganya secara bersamaan. Perubahan ini lebih bersifat revolusioner dan juga cepat.
Fase dan Tahapan Manajemen Perubahan
- Fase A: Positioning Value (menentukan posisi strategis). Fase ini adalah tahapan dalam suatu sistem berpikir dimana apa yang menjadi tujuan atau posisi strategis perusahaan bisa dijelaskan secara gamblang. Posisi ini yang akan dicapai dalam suatu perubahan perusahaan atau organisasi.
- Fase B: Measures Goals (mengukur tujuan). Fase ini akan menentukan berbagai ukuran dan mekanisme yang diperlukan untuk menilai apakah tujuannya bisa atau telah tercapai.
- Fase C: Assessment Strategy (Strategi Asesmen). Dalam fase ini akan ditentukan kesenjangan antar situasi terkini dengan situasi yang memang diinginkan, sehingga dapat ditentukan kebijakan untuk mencapai seluruh situasi dan kondisi secara lebih baik.
- Fase D: Actions Level-level (aktivitas perubahan). Fase ini adalah fase penerapan dan penjelasan strategi yang selanjutnya akan diintegrasikan seluruh kegiatan, proses, hubungan dan perubahan yang diperlukan untuk bisa mengurangi kesenjangan atau untuk menerapkan tujuan yang sudah ditetapkan pada fase A.
- Fase E: Environment Scan (identifikasi lingkungan eksternal). Fase ini akan melakukan seluruh identifikasi lingkungan eksternal yang mampu memengaruhi perubahan. Hasil dari identifikasi akan memberikan arah dan perubahan yang kelak akan dilakukan.
MANAJEMEN RILIS DAN PENYEBARAN
- Release and deployment planning: Dimulai saat manajemen perubahan mensahkan perencaan rilis.
- Release build and test: Sebuah paket rilis dibangun dan diuji dan kemudian dipindahkan ke media penyimpanan definitif (DML) untuk kesiapan penyebaran ke lingkungan hidup.
- Deployment: Paket rilis disebarkan dari DML ke lingkungan hidup
- Review and close: Apakah performa rilis seperti yang diharapkan dan memenuhi persyaratan yang dinanti?
- Membangun standar ukuran kinerja untuk semua transisi;
- Berurusan dengan proyek atau tanggal pengiriman pemasok yang tidak akurat;
- Memahami semua perspektif dari stakeholders;
- Memahami semua resiko;
- Mengambil pendekatan yang pragmatis terhadap tantangan dalam pengiriman
- Menyusun konfigurasi akhir dari rilis dan membuat perilisan akhir.
- Menguji rilis dan mengumumkan kesalahan-kesalahan yang ada.
- Merencanakan, menjadwalkan, dan mengawasi pergerakan rilis untuk pengujian dalam lingkungan hidup.
- Memastikan bahwa integritas dalam lingkungan hidup dijaga dan bahwa komponen-komponen yang tepat telah dirilis.
MANAJEMEN PENINGKATAN LAYANAN BERKELANJUTAN
Organisasi yang berdasarkan Kualitas sebaiknya berusaha untuk mencapai kesempurnaan dengan perbaikan proses berkelanjutan (countinous process improvement ) pada bisnis dan proses produksi. Tentu saja kesempurnaan itu tidak mungkin karena perjalanan itu tidak pernah berhenti.Perbaikan terus menerus berarti tidak cepat puas dengan melakukan pekerjaan yang bagus atau proses tetepi juga berusaha untuk perbaikan tugas atau proses. Hal ini sesuai dengan pengukuran berkesinambungan dan tim pemecahan masalah dalam aktifitas kerja. Perbaikan berkelanjutan dapat dilakukan dengan pendekatan Quality Assurance (QA), dimana system yang menjadi penentu apakah suatu produk lulus atau tidak, lewat audit / sampling. Temuan yg ada akan ditindaklanjuti dan dimonitor kembali supaya kesalahan sebelumnya jangan terulang lagi.
Seperti :
1.Untuk Mengetahui Definisi Proses Perbaikan Mutu Berkelanjutan
2.Untuk Mengetahui Prinsip Proses Perbaikan Mutu Berkelanjutan
3.Untuk Mengetahui Dasar Proses Perbaikan Mutu Berkelanjutan
4.Untuk Mengetahui Cara dan Strategi Proses Perbaikan Mutu Berkelanjutan
5.Untuk Mengetahui pendekatan QA dan Tujuan QA
DEFINISI PROSES PERBAIKAN MUTU BERKELANJUTAN
Ø Perbaikan (improvement) adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk tujuan strategis sepertipengurangan waktu siklus, pengurangan biaya, dan peningkatan kepuasan pelanggan. Hal ini termasuk perbaikan langsung dalam kegiatan misi (produksi, desain, pengujian dll).
Ø Perbaikan mutu berkelanjutan (continuous quality improvement) adalah sebuah siklus proses terstruktur untuk memperbaiki sistem dan proses kerja dalam suatu organisasi atau kegiatan.
Siklus ini mencakup identifikasi area yang berpeluang untuk perbaikan, mendefinisikan masalah dalam
area tersebut, menguraikan urutan kegiatan (proses) yang terjadi di area tersebut, menetapkan hasil
yang diinginkan dari proses dan persyaratan yang dibutuhkan untuk mencapainya, memilih langkah-
langkah spesifik dalam proses belajar, mengumpulkan dan menganalisis data tentang proses,
dan tindakan perbaikan, dan pemantauan hasil tindakan tersebut.
Perbaikan mutu berkelanjutan didasarkan pada pendekatan tim dan membutuhkan tim pengembangan
yang terdiri dari staf dari bidang fungsional dan tingkatan yang berbeda dalam organisasi. Metode ini
mengasumsikan bahwa sistem apapun selalu dapat ditingkatkan dan karenanya menekankan proses
perbaikan yang terus-menerus, yang membutuhkan komitmen jangka panjang organisasi dan kerjasama
tim yang efektif.
PRINSIP PROSES PERBAIKAN BERKELANJUTAN
Keberhasilan memperbaiki dari satu posisi dan mempertahan posisi daur hidup yang prima, memerlukan 7 prinsip untuk mengembangkan proses perbaikan yang berkelanjutan seperti dibawah ini :
1.Usaha peningkatan yang berkelanjutan adalah menjadi tugas dan kewajiban semua orang yang mencakup komunikasi, mengurangi kesalahan, pengurangan biaya, kepuasan pelanggan keluar dan kedalam, produktivitas (efesiensi, efektip, kualitas).
2.Perbaikan terus menerus merupakan kebutuhan yang sejalan dengan tindakan proaktif dan antisipasi.
3.Pelaku pembaharuan harus memiliki perhatian untuk setiap proses dan setelah pelaksanaan sampai pada tingkat terbawah.
4.Setiap langkah dalam pelaksanaan haruslah dalam kerangka kerja yang sistimatis untuk mendapatkan hasil yang berkwalitas.
5.Membangun terciptanya informasi terbuka dengan adanya keinginan saling menukar dan membagikan informasi secara terus menerus berlandaskan nilai dan kapabilitas melalui adanya methoda mengantisipasi masalah, data sebagai peluang untuk peningkatan, meneruskan solusi dan ide-ide, adanya semangat dan imbalan yang diberikan.
6.Adanya pemahaman untuk tidak memaksakan suatu solusi dan mendengarkan pendapat orang lain dalam usaha mewujudkan kualitas melalui kebersamaan dalam tim, dorongan untuk memfokuskan diatas masalah mereka, menggerakkan semangat dalam menyampaikan ide-ide.
7.Peningkatan didasarkan kepedulian individu, bukan organisasi sehingga mereka dapat berkontribusi dalam ide-ide.
DASAR PROSES PERBAIKAN BERKELANJUTAN
Ada lima jalan dasar untuk perbaikan:
- Mengurangi resources( Sumber daya)
- Mengurangi kesalahan
- Mencapai atau melebihi keinginan konsumen
- Jadikan proses aman
- Jadikan proses lebih memuaskan bagi yang melakukanya.
CARA MELAKUKAN PERBAIKAN BERKELANJUTAN
1) Melihat semua kerja sebagai sebuah proses. Jadikan semua proses efeksif, efisien dan mudah disesuaikan.Proses adalah interaksi beberapa kombinasi dari manusia, material, peralatan, metoda, pengukuran, dan lingkungan, untuk memproduksi keluaran sepreti produk, jasa, atau input dari proses yang lain. Dengan harapan untuk mendapatkan masukan dan keluaran yang terukur, suatu proses harus memiliki aktivitas nilai tambah dan bisa diulang. Proses juga harus efektif, efisien, mudah dikontrol, dan mudah beradaptasi. Proses mengacu kepada aktivitas bisnis dan produksi dari suatu organisasi. Bisnis proses seperti purchasing, engineering, accounting, dan marketing adalah area yang memunkinkan untuk dilakukan perbaikan terus menerus.
2)Antisipasi perubahan keinginan pelanggan.
3)Pengontrolan performa proses dan pengukuran seperti penurunan scrap dsb.
4) Memperbaiki ketidakpuasan pelanggan dengan level performa saat ini.
5) Mengurangi pemborosan dan mengolah kembali jika memungkinkan.
6) Hilafitas yang tidak memberikan nilai tambah ke produk atau jasa
7)Hapus ketidaksesuaian dalam semua tingkatan
8)Gunakan perbandingan untuk meningkatkan keunggulan persaingan.
9) Berinovasi untuk memperoleh terobosan mencapai
10)Gunakan peralatan teknik seperti : SPC, DOE, Bench Marking, QFD dsb.
Komentar
Posting Komentar